Walikota Jambi Sy Fasha, Sok Jokowi
PKL di Kuburan Cina memilih membuka lapaknya sendiri |
------------------------
Entah
apa yang ada di dalam pikiran Sy Fasha, Walikota Jambi. Baru memasuki bulan
kedua menjabat, tingkah laku dan kebijakan yang dilakukan terkesan aneh dan sok Jokowi.
Dua kata ini sering saya dengar dari orang-orang di sekeliling saya.
Bagaimana
tidak, gebrakan di awal kepemimpinannya bukanlah hal yang positif. Melainkan hal-hal
yang sangat meresahkan rakyat kecil. Inikah yang disebut dengan pemimpin
rakyat?
Beberapa waktu belakangan, Sy Fasha melalui Sat Pol PP-nya, melakukan penertiban terhadap lapak Pedagang Kaki Lima (PKL) di berbagai kawasan. Mulai dari Pasar Angso Duo hingga PKL yang menggantungkan rezekinya dengan berjualan di kawasan Kuburan Cina. Para PKL ini dilarang berjualan, dengan alasan melanggar ketertiban umum. Posisi lapak yang mengenai badan jalan ini, seolah dianggap sebagai benalu penebar virus dan kumuh.
Lagi-lagi. Entah apa yang ada di dalam pikiran pemimpin Kota Jambi dengan paras tegap dan gagah ini. Bagaimana bisa, melakukan penggusuran “uppss” mereka bilang penertiban. Ya, maksudnya penertiban dengan menggusur paksa ini, tanpa memberikan solusi jitu terlebih dahulu. Mereka (PKL) yang Anda anggap pengganggu ketertiban umum ini perlu makan, perlu uang untuk menyekolahkan anak-anaknya dan untuk meneruskan hidup. “Mereka tidak akan memilih berjualan di lapak kecil jika memiliki banyak uang”. Ya kan?
Sebelum melakukan penggusuran di kawasan Kuburan Cina Kota Jambi, pemerintah kota telah lebih dulu melakukan penggususran PKL di Pasar Angso Duo. Memang, maraknya pedagang yang berjualan di badan jalan kawasan ini, cukup meresahkan pengguna jalan Karena mengakibatkan kemacetan. Namun, apakah menertibkan kawasan ini harus dilakukan dengan anarkis? Setidaknya, pemerintah harus menyediakan lokasi baru terlebih dahulu sebelum melakukan penggusuran.
Betul-betul penasaran, apa yang ada di dalam pikirannya, sehingga tegas “lebih tepatnya tega” melakukan ini. Lalu setelah ini, kemana lagi para PKL ini mencari nafkah? Maka tidak heran, jika beberapa waktu belakangan, para PKL di Pasar Angso Duo yang digusur, memilih berjualan di areal perkantoran Walikota Jambi. Karena pada dasarnya, para PKL ini tidak punya pilihan lagi.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, apa tahapan yang telah ditempuh Walikota Jambi sehingga memutuskan untuk melakukan penggusuran ini? Apakah hal ini telah dimusyawarahkan oleh lembaga yang bersangkutan sebelumnya? Apakah sudah ada mediasi dan musyawarah antara PKL dan pemerintah? Pertimbangan apa sehingga melakukan tindakan yang sok tegas tapi merugikan itu?
Saya mencoba positive thinking, barangkali ada sebuah hal positif di luar dugaan semua masyarakat terkait hal ini. Tapi pertanyaannya, hal positif, klarifikasi dan pertimbanganyang dimaksud itu apa?
Saya
hanya berdoa, semoga para PKL yang telah digusur dengan mereka yang tidak
pernah memperlihatkan rasa bersalahnya itu, diberikan limpahan rezeki yang jauh
lebih baik dari kondisinya sebelum digusur. Karena saya yakin, para PKL ini
ketika kaya, tidak akan bersikap arogan yang merugikan rakyat miskin. Amin.
-- Opini ---
Penulis : Novriana Dewi
Sumber Foto : Harian Jambi
(⌣__⌣)◦°◦ºº ĦнммMмм 。 。 。 .salam kenal ya,tulisan ñƴά bagus
BalasHapusTerimakasih Kelana Iana,
BalasHapusMohon masukannya agar tulisan yang salah bisa diperbaiki.
Salam kenal juga dari "Anak Jambi" :)
Kami bukan pengagum jokowi tp kami sangat bersyukur dan apresiasi thdp krj nyata pak fasha utk kemajuan kota ini.. ketegasan dan komitmen beliau utk membawa jambi pd perubahan yg lebih baik sudah mulai dirasakan.
BalasHapusSemoga masyarakat Jambi secara menyeluruh turut merasakan perubahan yang lebih baik, insyaallah.. Terimakasih mas Aditya Rendi, salam kenal dari Anak Jambi.
BalasHapusYang pastinya pasya menyisahi masyarakat jambi... masak pol pp harus atlit baru bisa lulus bahan... jadi menutup kemukinan masyarakat biasa tak bisa daftar.... itu namanya berat sebelah....yang adil dongg
BalasHapusPilihlah lagi walikota ini, lahir be bukan di Jambi, malah bukan dalam Provinsi Jambi.
BalasHapusMasyarakat Jambi ny yang bodoh.