Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ingin Anak Sekolah Tinggi, Usaha Bernis Tergusur


Bernis sedang mengumpulkan puing-puing penggusuran
Saat ditemui, pak tua ini terlihat tengah sibuk mengais sampah dan sisa hasil penggusuran beberapa waktu lalu. Fisiknya yang sudah renta dan lemah, tak hiraukan keringatnya yang mengalir pertanda lelah.                   
------------------------

Bernis (56) adalah salah satu dari beberapa Pedagang Kaki Lima (PKL) di depan Kuburan Cina, yang terletak di kawasan Jalan Pattimura Kota Jambi. Ia bersama rekan PKL lainnya, sempat digusur oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) beberapa waktu lalu. Mereka digusur, karena dianggap telah melanggar tata tertib, karena telah berjualan dan membuka lapak di areal badan jalan.

Mendapati tindakan penggussuran tersebut menjadikannya semakin bersedih. Tindakan yang dilakukan pemerintah pun dianggapnya sebagai tindakan progresif. Mengaku senasib dengan PKL di Pasar Angsoduo yang terlebih dulu digusur, ia pun kebingungan untuk mencari jalan keluar untuk kembali mencari nafkah.

“Belum lama ini Pasar Angsoduo, sekarang kami lagi yang digusur,” ungkapanya.

Saat dikonfirmasi, ia pun tak mampu membendung keluhannya. Laki-laki yang telah berjualan buah selama 30 tahun ini pun, tak kuasa menahan keresahan dan sedihnya. Tindakan pemerintah pun dianggapnya sebagi tindakan yang kejam.

Pemerintah Kota Jambi saat ini, sedikit lebih kejam prilakunya terhadap pedagang kaki lima, ungkapnya.
Bapak dari empat orang anak ini, memiliki kesulitan untuk memberikan nafkah kepada keluarga dan anak-anaknya. Meski dalam kondisi kesulitan secara ekonomi, ia tetap berusaha untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya.

“Semenjak kami digusur, kami sedikit sulit memberikan uang jajan dan biaya sekolah anak. Karena hasil jualan kami tidak sama, sebelum kami dilarang jualan di depan Kuburan Cina, ujarnya.

Pemerintah yang selalu mecanagkan untuk kesejahteraan rakyat, terlihat belum efektif, karena masih banyaknya masyarakat misikin yang menderita dan jauh dari kesejahteraan salah satu contoh adalah Bernis yang memiliki empat orang anak, yang mengahabiskan waktu setiap harinya di depan Kuburan Cina untuk mencari nafkah, untuk memberikan makan kepada keluarganya.

Dua Anaknya Terpaksa Putus Sekolah
Lilitan ekonomi menjadikannya kebingunganmencari nafkah. Mesi telah memberikan pendidikan baca tulis kepada anaknya di salah satu sekolah di Kota Jambi, ia pun terpaksa menghentikan perjalanan pendidikan kedua anaknya. Kedua anaknya terpaksa putus sekolah, karena penghasilannya tidak cukup untuk membiayainya bersekolah. Bahkan pasca penggussuran ini, ia kembali ragu apakah kedua ankanya yang masih bersekolah saat ini bias melanjutkan pendidikannya.

Dua orang anak saya sudah tidak bersekolah, tinggal dua orang anak saya yang sekolah. Tapi itupun saya tidak tahu apakah masih bisa lanjut sekolah atau tidak, ungkapnya.

Bernis adalah sosok pria dan kepala rumah tangga yang kuat dan bertanggung jawab, dalam menghadapi berbagai cobaan. 30 tahun menjadi pedagang buah,  bukanlah waktu yang singkat. Dalam menghadapi hidup dengan berbagai macam kekurangan, ia pun mengaku tak pernah putus asa. Rasa syukur selalu ia panjatkan, untuk dapat terus melangsungkan hidup demoi menafkahi keluarganya.

Sudah hampir 30 tahun saya berdagang buah, berjualan dari satu tempat ke tempat yang lain. Tapi Alhamdulillah dari dulu hingga sekarang saya masih bisa menafkahi keluarga saya, ungkapnya.

Perioritaskan Makan Keluarga
Laki-laki tua yang terlahir di Sumtera Utara ini mengaku terpaksa menomorduakan pendidikan anak-anaknya. Ia lebih fokus mencari nafkah untuk kebutuhan pangan keluarga. Karena untuk makan pun ia mengaku telah mengaku kesulitan.

“Jujur saya ingin anak-anak saya bisa memiliki pendidikan yang tinggi. Akan tetapi saya tidak bisa memkasakan itu, karena perekonomian kami juga hanya pas-pasan untuk makan,ucapnya.

Ia tidak pernah mengeluh dalam menjaalani roda kehidupan. Namun dengan digusurnya tempat mereka berjualan untuk mencari nafkah itu, membuat seorang Bernis menangis dan sedih.

 “Umur say sudah 56 tahun, dan saya jualan di sini (Kuburan Cina, red) sudah sekitar lima tahun. Dan baru kali ini saya merasakan sakit untuk mencari nafkah, ujarnya.

Reporter: Andri Mustari
Foto : Andri Mustari
Editor : Novriana Dewi
(Sumber: Terbit di Harian Jambi Pada 15 Februari 2014, Edisi Pagi)  


Posting Komentar untuk "Ingin Anak Sekolah Tinggi, Usaha Bernis Tergusur"