Sekilas, Wedha’s Pop Art Potrait (WPAP)
Wedha’s Pop Art Potrait (WPAP) adalah sebuah aliran Pop Art asli Indonesia. Gaya melukis ini dicetuskan oleh Wedha Abdul Rasyid. Ia memulai style baru untuk ilustrasi gambar wajah. Di mana, warna yang digunakan bukan 'tone kulit' melainkan warna-warna campuran yang mencolok dan khas.
Sekitar tahun 1990-1991, Wedha memulainya dengan proses manual. Dalam proses kreatifnya, Wedha menemukan cara yang mudah dan makin lama semakin mudah. Kemudian gaya ini tumbuh dan dipatenkan oleh Wedha dengan nama WPAP.
Pop Art bisa juga diartikan seni visual yang dipengaruhi oleh gambar serta teknik dalam dunia periklanan pada abad ke 20 (kontemporer). Biasanya mengenai perilaku konsumtif dan kultur pop pada masa itu. Puncak terkenalnya seni Pop Art ini terjadi pada 22 Juni 2007.
Setelah itu, ternyata semakin banyak peminat masyarakat untuk mempelajari seni Pop Art ala Wedha ini. Kemudian dibentuklah kelompok Pop Art. Tujuannya, agar pecinta WPAP mempunyai wadah untuk menampung karya mereka dan dapat diaplikasikan dengan baik. Saat ini, hampir di setiap kota di Indonesia, telah berdiri komunitas WPAP. Di Jakarta, Bandung Cirebon,Tegal, Semarang, Surabaya, Jember, Malang, Sumatera Barat, Medan, Palembang, Makassar, Kendari, Purwokerto bahkan Jambi.
Sebenarnya, pop art bukan lah gaya baru dalam seni. Karena pada kenyataannya, pop art telah ada pada tahun 1950-an di Inggris dan Amerika. Yang kemudian di populerkan oleh Lawrence Alloway, seorang kurator sekaligus kritikus di Inggris. Tetapi yang berbeda dalam WPAP ini adalah, tidak adanya garis lengkung dalam proses pembuatannya tetapi harus lurus.
(Sumber: Harian Jambi 1 Februari 2014, edisi pagi)
Foto: Dokumen Harian Jambi
Sekitar tahun 1990-1991, Wedha memulainya dengan proses manual. Dalam proses kreatifnya, Wedha menemukan cara yang mudah dan makin lama semakin mudah. Kemudian gaya ini tumbuh dan dipatenkan oleh Wedha dengan nama WPAP.
Pop Art bisa juga diartikan seni visual yang dipengaruhi oleh gambar serta teknik dalam dunia periklanan pada abad ke 20 (kontemporer). Biasanya mengenai perilaku konsumtif dan kultur pop pada masa itu. Puncak terkenalnya seni Pop Art ini terjadi pada 22 Juni 2007.
Setelah itu, ternyata semakin banyak peminat masyarakat untuk mempelajari seni Pop Art ala Wedha ini. Kemudian dibentuklah kelompok Pop Art. Tujuannya, agar pecinta WPAP mempunyai wadah untuk menampung karya mereka dan dapat diaplikasikan dengan baik. Saat ini, hampir di setiap kota di Indonesia, telah berdiri komunitas WPAP. Di Jakarta, Bandung Cirebon,Tegal, Semarang, Surabaya, Jember, Malang, Sumatera Barat, Medan, Palembang, Makassar, Kendari, Purwokerto bahkan Jambi.
Sebenarnya, pop art bukan lah gaya baru dalam seni. Karena pada kenyataannya, pop art telah ada pada tahun 1950-an di Inggris dan Amerika. Yang kemudian di populerkan oleh Lawrence Alloway, seorang kurator sekaligus kritikus di Inggris. Tetapi yang berbeda dalam WPAP ini adalah, tidak adanya garis lengkung dalam proses pembuatannya tetapi harus lurus.
(Sumber: Harian Jambi 1 Februari 2014, edisi pagi)
Foto: Dokumen Harian Jambi
Klik juga:
Posting Komentar untuk "Sekilas, Wedha’s Pop Art Potrait (WPAP)"