Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

‘Investasi Sosial’, Catatan Kopi Suatu Malam


Suatu malam bertemu dengan beberapa senior jurnalis saya, dan akhirnya kita memutuskan untuk ngopi bareng di sebuah kedai kopi Kota Jambi. Kota Jambi malam itu nggak kayak biasanya, jalanan lengang dan cuma sedikit yang terlihat bertahan jualan di trotoar jalan. Barangkali sebagian besar pendatang Jambi sudah pulang kampung, mengingat hari sudah mendekati hari raya Idul Fitri.

Tepat di pinggir jalan, di sebuah meja kecil telah tertuang beberapa gelas minuman yang siap diseruput. Obrolan mulai cair dengan mengungkapkan keluh kesah serta suka duka saya selama hidup di Jakarta. Malam itu, target saya adalah untuk kembali mendapatkan motivasi dan wejangan. Selama di Jakarta, sangat sedikit orang yang bersedia memberikan arahan dan motivasi objektif ke saya. Padahal jujur saya sangat membutuhkan ini.

Sebut aja Bang ‘L’, pria muda yang sudah belasan tahun bergulat dengan pena ini adalah sosok yang saya kagumi sejak pertama kuliah. Dia energik, punya prinsip, tegas, cerdas, dan tentunya ramah juga baik. Sejak dulu, saya bener-bener kagum dengan intonasi dan caranya beretorika. Bagi saya dia keren, sangat keren.

Setiap kata demi kata yang dia ucapkan saya perhatiin dengan seksama. Saya nggak banyak omong, karena saya bener-bener ingin fokus mendengar, memaknai dan menyimpan setiap kata demi kata yang diucapkan. Saya bener-bener nggak rela kehilangan kesempatan langka ini, ngobrol, ngopi, diskusi dan diceramahi. Hehe..

Ada dua kata yang melekat banget di otak saya malam itu hingga sekarang, yakni kalimat ‘investasi sosial’. Dua kata ini pertama saya denger dari seseorang yang juga sangat saya hormati.Orang itu adalah Bang ‘H’. Mendengar kalimat itu saya serasa tersentak. Tetiba saya sadar, bahwa investasi terbesar di dunia bukanlah investasi berupa materi, melainkan investasi sosial. Kenapa?

Seberapa banyak temen yang kita punya, maka segitu jumlah investasi sosial yang kita punya. Menurut saya, investasi ini jauh lebih berharga dibandingkan investasi berupa materi. Dan bukan berarti saya bilang investasi materi adalah hal yang nggak penting.

Investasi sosial adalah cerminan silaturahmi kita. Dan Saya percaya, bahwa semakin banyak kita bertalisilaturahim maka jalan rezeki akan semakin terbuka lebar. So, nggak ada alasan untuk takut menambah jumlah temen sebanyak-banyaknya. Kalau saya, justru pengen banget punya temen sebanyak-banyaknya di mana pun dan siapa pun. Itu menjadi kebahagiaan tersendiri buat saya.

Berbeda dengan kebalikannya, kalau kita lebih memilih untuk terus menerus mengejar investasi materi, justru belum tentu investasi sosial bisa kita dapetin. Karena semakin banyak materi, potensi untuk mendapatkan temen yang nggak tulus semakin besar. Perlu dicatat, teman yang nggak tulus berteman dengan kita, tidak masuk dalam hitungan investasi sosial.

Kesimpulannya, Mari kita berteman..





Salam Akar-akar







1 komentar untuk "‘Investasi Sosial’, Catatan Kopi Suatu Malam"