Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fenomena Konser Didi Kempot, Bukti Rindu Campur Sari Para Muda

Didi Kempot/ @didikempot_official
Suatu malam saya menghadiri sebuah kegiatan di Jakarta Pusat, yang mana kegiatan tersebut diakhiri oleh konser seorang penyanyi campur sari legendaris, Didi Kempot.

Saya mungkin bukan termasuk salah satu dari penggemar berat Didi Kempot. Hanya saja, lantunan-lantunan indah Didi Kempot hampir setiap pagi saya dengarkan sejak kecil. Ya, ayah saya adalah penggemar Didi Kempot. Sehingga lagu-lagu Didi Kempot sudah sama sekali tak asing di telinga saya.

Yang benar-benar membuat saya kaget, ketika saya tidak sengaja ikutan nonton konser Didi Kempot ini, saya lihat betapa anak-anak muda bahkan remaja, berpakaian gaul dengan gaya bahasa 'loe-gua', sangat antusias dan terlihat sangat girang mendengarkan lantunan-lantunan Didi Kempot saat itu. Bahkan hampir semua dari mereka hafal semua lagu-lagu yang dinyanyikan Didi Kempot.

Betapa saya tidak menyangka, para muda, sang generasi millenial ibukota yang terkenal dengan gaya gaulnya ini sampai sebegitu antusiasnya.

Penonton yang datang sangat ramai, membeludak, bahkan jauh melebihi kapasitas tempat yang disediakan panitia. Di luar arena pun, mereka masih semangat bernyanyi mengikuti lantunan-lantunan Didi Kempot. Mereka terlihat sangat super semangat.

Saya mencoba menterjemahkan raut wajah dan antusias mereka saat menonton konser Didi Kempot ini adalah sebagai bentuk rasa rindu mendalam terhadap indahnya lagu-lagu campursari.

Didi Kempot seolah berhasil menjawab kerinduan mendalam para anak muda metropolitan ini.

Fenomena konser Didi Kempot ini di mata saya, membantah anggapan bahwa anak muda Indonesia terutama perkotaan sudah lupa dan tak peduli dengan budaya lokal. Saya justru melihat hal sebaliknya. Mereka sebenarnya sangat rindu, sangat ingin kembali tersentuh dan terlibat mengembangkan budaya-budaya lokal.

Tidak sedikit saya temukan anak-anak muda yang ingin belajar memainkan alat musik tradisional tapi tidak tahu mau belajar dengan siapa, ingin belajar tari tradisional tapi tidak tau mau belajar dimana, ingin bisa berbahasa daerah tapi sejak kecil tidak kecil memang tidak pernah diperkenalkan bahasa daerah, dan sebagainya.

Anak muda Indonesia sebenarnya ingin sekali menikmati indahnya budaya lokal, indahnya nilai-nilai tradisional, dan indahnya adat istiadat. Hanya saja, mereka sulit untuk menemukan pemenuh hasrat keingintahuan dan keinginannya untuk terlibat dalam mengembangkan dan mempertahankan budaya-budaya lokal.

Saat khalayak selalu bilang bahwa anak muda Indonesia zaman now tidak tertarik dengan hal-hal tradisional dan cenderung tertarik dengan budaya barat atau K-Pop, saya tidak setuju.

Saya menggambarkan anak-anak muda Indonesia ibarat sampan di laut yang tidak memiliki dayung. Mereka 'terpaksa' berjalan dengan hanya mengikuti arus air. Syukur-syukur arus air ini membawa sampan-sampan ini ke tepian yang tepat. Tapi jika sampan-sampan ini justru tersesat, mereka bisa apa.

Menurut saya, peran pemerintah sangat besar dalam hal ini. Sampan-sampan ini butuh dayung. Sehingga pengguna sampan bisa menentukan sendiri kemana mereka akan mendarat.

Saya yakin, ketika mereka diberi pilihan apakah budaya tradisional atau budaya barat/ K-Pop, saya yakin mereka akan lebih memilih budaya tradisional. Atau mungkin mereka akan meramunya menjadi budaya tradisional kekinian tanpa menghilangkan esensi tradisional itu sendiri.

Anak-anak Indonesia sangat kreatif dan cerdas. Tapi saya yakin bahwa cinta mereka akan tanah air dan budaya tradisional juga sangat tinggi.

Rekomendasi saya kepada pemerintah, pertama, berikan kembali mata pelajaran muatan lokal yang di dalamnya berisi tentang pengetahuan-pengetahuan budaya lokal. Kedua, hidupkan ekstrakurikuler kesenian di sekolah yang mengajarkan kesenian-kesenian tradisional. Ketiga, perbanyak sanggar-sanggar seni tradisional di daerah. Keempat, selenggarakan festival, pertunjukan, serta perlombaan bernuansa budaya dan tradisi.

Saya yakin, dengan mengoptimalkan pengenalan-pengenalan tradisi kepada anak muda terutama pelajar, akan memicu semangat dan membangunkan rasa ingin tahu yang lebih besar anak-anak muda terhadap budaya lokal dan tradisi.

Anak muda adalah cerminan Indonesia masa depan. Jika mereka tidak diperkenalkan dengan budaya lokal sejak dini, maka Indonesia ke depan terancam akan kehilangan budaya lokal dan tradisi.

Posting Komentar untuk "Fenomena Konser Didi Kempot, Bukti Rindu Campur Sari Para Muda"