Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Intip Eksotisme Adat hingga Keindahan Tata Ruang Desa Wisata Penglipuran Bali

Suasana di area permukiman Desa Penglipuran (24/10/2021)/Akartunggang.com

Tak ada habisnya jika ingin mengulik ragam destinasi wisata menarik di Provinsi Bali. Mulai dari bentangan pantai yang menawan, hingga sajian adat budaya lokal yang masih terjaga dengan sangat baik.

Jika Anda adalah pecinta budaya lokal, salah satu destinasi wisata yang perlu Anda kunjungi saat ke Bali adalah Desa Wisata Penglipuran yang terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa yang berada di ketinggian 700 Meter di atas permukaan laut ini berjarak sekitar 45 Kilometer dari Kota Denpasar.

Keunikan Desa Wisata Penglipuran terletak pada tata ruang dan kebiasaan masyarakat setempat yang masih mempertahankan tradisi dan nilai-nilai yang diturunkan oleh para leluhur. Desa ini juga masih mempertahankan ritual-ritual tradisional dalam upacara-upacara keagamaan. Menariknya lagi, pada tahun 2016 desa ini dinobatkan sebagai desa terbersih ke tiga di dunia setelah Desa  Mawlynnong di India dan Giethoorn di Belanda.

Keindahan tata ruang dan keunikan rumah adat bermaterial bambu yang masih dipertahankan menjadikan tempat ini sangat eksotis dan menarik. Tak hanya indah, tata ruang yang digunakan desa ini ternyata menganut falsafah Tri Mandala yakni membagi wilayah tata ruang menjadi tiga zona, yang mana pembagian zona tersebut diurutkan mulai dari wilayah paling utara hingga paling selatan. Tiga zona tersebut diantaranya:

  1.  Utama Mandala sebagai tempat masyarakat beribadah yang lokasinya berada di titik utara desa.
  2.  Madya Mandala sebagai tempat permukiman atau rumah tinggal penduduk yang lokasinya berada di tengah desa.
  3. Nista Mandala sebagai tempat pemakaman yang lokasinya berada di titik selatan desa.

Konon, Desa Penglipuran telah ada sejak zaman Kerjaan Bangli. Masyarakat setempat percaya bahwa para leluhur penduduk desa ini berasal dari Desa Bayung Gede dan menetap hingga saat ini.

Dikutip dari penglipuran.net, sejarah berdirinya Desa Penglipuran berawal sejak masa Kerajaan Bangli, yang mana saat itu penduduk Desa Bayung Gede kerap diutus oleh Raja Bangli untuk ikut berperang dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kerajaan lainnya. Namun karena lokasi Desa Bayung Gede sangat jauh dari pusat kerajaan, maka warga yang mendapat kepercayaan dari Raja Bangli ini diberi tempat peristirahatan di sebuah lokasi yang saat ini dikenal sebagai Desa Penglipuran

Disebutkan di dalam prasasti bahwa Desa Penglipuran saat itu disebut sebagai “Kubu Bayung” yang berarti Pondok Bayung Gede. Seiring berjalannya waktu, sejumlah warga yang tinggal di tempat ini kemudian membangun desa di lingkungan ini dengan Kahyangan Tiga (tiga pura yaitu Pura Puseh, Pura Dalem dan Pura Desa/Balai Agung) dan pura lainnya (Dang Khayangan) yang dibangun mirip dengan yang ada di Desa Bayung Gede. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan mereka pada pura yang ada di Desa Bayung Gede yang dikenal sebagai Ngelingang Pura.

Menurut penuturan sejumlah tokoh masyarakat setempat, “Penglipuran” secara etimologi dijelaskan sebagai berikut:

  1. Penglipuran berasal dan kata “pangeling” dan “pura” menjadi kata penglipuran berarti masyarakat penglipuran membangun pura seperti di Bayung Gede untuk mengingat pura di Bayung Gede dan mengingat leluhurnya.
  2. Penglipuran berasal dan kata “pelipur” dan “lara” menjadi penglipuran, berarti penglipuran menjadi tempat menghibur di kala duka (lara) di samping karena penduduk sering dapat menghibur saat raja menghadapi masalah.
  3. Penglipuran berasal dan kata “pangleng” dan “pura” menjadi penglipuran berärti bahwa barang siapa ke penglipuran akan melewati pura di empat penjuru mata angin yaitu utara, timur, selatan dan barat, dengan kata lain bahwa penglipuran di kelilingi oleh pura-pura.

Selain tata ruang desa yang indah dan nuansa adat yang begitu kental, desa ini juga memiliki hutan bambu yang mengelilingi desa dan terus dijaga kelestariannya. Hutan bambu yang dikenal sebagai hutan pelindung desa ini memiliki keunikan dan keindahan tersendiri, sehingga tak jarang para wisatawan juga memilih tempat ini sebagai spot selfie. Selain itu, juga terdapat banyak toko yang menyajikan ragam oleh-oleh khas Bali di area permukiman warga desa ini.


Ragam oleh-oleh khas Bali yang dijual di area permukiman Desa Penglipuran (24/10/2021)/Akartunggang.com

Suasana di area peribadatan Desa Penglipuran (24/10/2021)/Akartunggang.com

Seorang wisatawan memasuki rumah adat yang terbuat dari bambu milik seorang penduduk (24/10/2021)/
Akartunggang.com

Atap rumah di Desa Panglipuran yang terbuat dari bambu (24/10/2021)/ Akartunggang.com


Sesajen di area Desa Penglipuran Bali (24/10/2021)/Akartunggang.com

**Akartunggang


Posting Komentar untuk "Intip Eksotisme Adat hingga Keindahan Tata Ruang Desa Wisata Penglipuran Bali"