Wow! Kampung Adat Wologai Ini Sudah Berusia 8 Abad
Seorang warga menjemur buah pala di area Kampung Adat Wologai, Desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusuko, Kabupaten Ende, NTT (1/12/2021)/Akartunggang.com |
Saat
saya berkunjung ke Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) destinasi wisata
yang pertama kali terbesit di benak saya selain Danau Kelimutu adalah Kampung
Adat Wologai. Sebuah kampung di Desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusuko yang
telah berusia sekitar 800 tahun (8 abad) dan berada di ketinggian sekitar 1.045 mdpl.
Dari
Pusat Kota Ende menuju Kampung Wologai saya tempuh menggunakan sepeda motor
yang saya sewa dengan harga Rp150.000 per hari. Jarak antara Pusat Kota Ende
menuju Kampung Wologai sekitar 40-an Kilometer yang saya tempuh kurang lebih
selama 1,5 Jam. Perjalanan ini cukup ekstrem karena sepanjang jalan dipenuhi
tebing dan jurang dengan batu-batu besar yang sangat rawan longsor.
Bagi
yang melintasi jalan ini, saya sarankan untuk mengurangi kecepatan kendaraan
guna mengantisipasi reruntuhan batu yang sewaktu-waktu bisa terjatuh dari
tebing sepanjang perjalanan dari Pusat Kota Ende menuju Kampung Wologai.
Bahkan
jika terjadi hujan, saya sarankan Anda untuk menunda perjalanan hingga hujan
benar-benar reda. Karena ketika hujan, dipastikan ada saja batu-batuan besar
maupun kecil yang longsor dari tebing di sepanjang area jalan yang tentunya
sangat membahayakan keselamatan Anda.
Untuk
dapat menikmati keindahan Kampung Adat Wologai, saya dikenakan tarif tiket
masuk seharga (seingat saya) Rp10.000. Setelah membeli tiket, saya diberikan
sebuah sarung tenun khas desa setempat untuk dikenakan ketika memasuki area
kampung adat. Sarung tenun ini selanjutnya dikembalikan ketika keluar dari area
kampung adat.
Area
Kampung Adat Wologai dipagar sedemikian rupa dengan satu gerbang pintu masuk. Sehingga
pengunjung yang singgah ke kampung ini dapat terpantau dengan baik.
Tepat
di bagian depan pintu masuk kampung adat Wologai terdapat sebuah pohon beringin
berukuran besar yang usianya diyakini setara dengan waktu pendirian kampung
adat ini. Setelah memasuki area kampung adat, saya melihat (sekitar belasan)
rumah adat berbentuk kerucut yang dibangun melingkar mengitari sebuah bangunan
yang disebut Tubu Kunga. Tubu Kunga sendiri adalah sebuah tempat yang biasa
digunakan untuk kegiatan ritual adat.
Menurut warga setempat, pada 9 Oktober 2012 kampung adat ini mengalami musibah kebakaran yang menghanguskan puluhan rumah adat di tempat ini. Sehingga menurut mereka rumah adat yang saya kunjungi di Kampung Wologai saat ini adalah rumah adat yang telah dikonservasi.
Bangunan rumah di kampung ini dibagi menjadi tiga yaitu rumah adat, rumah suku, dan rumah besar. Adapun rumah suku digunakan untuk menyimpan benda pusaka atau peninggalan miliki suku, sedangkan rumah besar hanya ditempati saat berjalannya ritual adat.
Rumah adat ini terbuat dari kayu dan papan yang dibuat panggung dengan batu ceper yang digunakan sebagai penopang bangunan. Konon, kolong rumah (lewu) dulunya digunakan oleh para leluhur sebagai tempat untuk memelihara ternak babi dan ayam.
Selanjutnya ruang
tengah digunakan sebagai tempat tinggal, dan loteng sebagai tempat untuk
menyimpan barang-barang yang akan digunakan saat dilaksanakannya ritual adat. Menariknya
lagi, atap rumah ini dibuat dari alang-alang atau ijuk.
Berikut sejumlah foto-foto Kampung Adat Wologai:
Seorang warga Kampung Adat Wologai menjemur hasil panen pala di Desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusuko, Kabupaten Ende, NTT (1/12/2021)/Akartunggang.com |
Seorang wisatawan berbincang dengan juru bicara Kampung Adat Wologai di Desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusuko, Kabupaten Ende, NTT (1/12/2021)/Akartunggang.com |
Suasana Kampung Adat Wologai yang terletak di Desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusuko, Kabupaten Ende, NTT (1/12/2021)/Akartunggang.com |
***Akartunggang.com
Posting Komentar untuk "Wow! Kampung Adat Wologai Ini Sudah Berusia 8 Abad "