Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nenek

20 September 2023 Pukul 05.30 WIB dini hari ponsel berdering yang ketika diangkat hanya terdengar suara tangisan. Tak ada info valid, hanya tangisan. Kumatikan telfon dan bergegas membangunkan adik lalu pergi ke rumah tante tanpa pikir panjang.

Pikiranku sudah aneh-aneh. Di kepalaku hanya satu, mungkin nenek jatuh sakit dan kritis.

Fakta berkata lain. Saat roda motor mulai menyentuh halaman rumah tante, entah kenapa semua mata tertuju kepada kami dengan ekspresi khawatir dan seolah bersiap menopangku jika pingsan.

"Ini sebenarnya ada apa," pikirku.

Tanpa menyapa, bersalaman atau bahkan tersenyum seperti yang biasa kulakukan ketika tiba, dengan langkah sedikit dipercepat aku masuk ke rumah dengan sejuta tanda tanya.

Ternyata nenek sudah tiada. Terbaring di atas kasur kapuk dengan balutan kain panjang dan selendang putih di bagian kepala. Kulihat tante berkerudung seraya membaca Al Quran meski terus menangis. 

Sontak langkahku terhenti sejenak. Rasanya lidahku tertelan dan nafasku semakin berat.

Perlahan kudekati nenek yang tak bisa lagi kuajak bercengkrama. Kuletakkan ransel kecil tepat di ujung tembok yang entah apa isi di dalamnya. Sedikit ku duduk bersandar lalu berusaha merangkak dan mendekati nenek yang sudah tak bernyawa.

Pikirku: "ini mimpi! Sungguh ini mimpi!!" 

"Jangan bercanda nek. Ini nggak lucu," benakku.

Tak ada setitik air mata pun yang jatuh. Kulihat adikku pun demikian. Hanya kebingungan yang kami rasakan. Tanpa bertanya, tanpa suara, tanpa tangisan, dan mengamati satu per satu kejadian. Hanya untuk memastikan apakah ini benar-benar nyata.

Adikku terduduk dan bersandar di bawah jendela dengan wajah datar dan tatapan mata yang kosong. Kuyakin orang yang melihatku juga demikian.

Beberapa menit berlalu. Tarikan dan hembusan nafas perlahan dan berulang-ulang membuatku sadar ini nyata.

Kubuka selendang putih yang menutupi wajah cantik ibu dari ayahku dengan lafazh bismillah yang terselip doa semoga ini tidak nyata.

Betapa senyum bibirnya yang pucat berhasil membuatku seketika menangis tanpa suara dan masih berharap ini tidak nyata.

Hanya selang beberapa bulan kakek menghadap kepada sang pencipta, kini nenek pun berpulang ke pangkuan-Nya. Pulang dengan wajah tercantik yang pernah kulihat selama hidup. Pulang dengan senyum terindah yang pernah kusaksikan seumur hidup. 

"Bahagialah di surga bersama kakek nek," doaku lirih.








Posting Komentar untuk "Nenek"